Rabu, 05 Maret 2014

FF : Promise

Promise

Note : ________ (isi dengan namamu)
Author POV:
*Flashback*
            Anak itu berlarian ke sana dan kemari. Wajahnya yang manis dan imut membuat siapapun yang melihatnya ingin memeluk dan mencubit pipi kedua anak itu. Xi Luhan dan ____. Entah apa yang mereka lakukan. Keduanya tertawa dan saling menghayati peran mereka dalam khayal.
            “___-ah, kau cantik sekali!Aku menyukaimu!” ucap Luhan kecil sambil terus memandang wajahmu.Kau yang mendengar itu hanya tersenyum dan menggenggam tangan Luhan.“Kalau kita sudah besar, aku ingin kita menikah.Kau mau, kan?”Luhan duduk di sebelahmu.Kau mengangguk dengan polosnya.“Janji?” Tanya Luhan. Lagi-lagi kau mengangguk dan mengulurkan kelingkingmu.“Janji!Kita harus menikah!”
***
            Hari ini tepat empat belas tahun setelah kejadian dirimu dengan Luhan.Kini kau dan Luhan sudah menyelesaikan SMA.Hari ini juga tepat wisuda SMA tempat kau dan Luhan bersekolah.Luhan kini terlihat tampak tampan dengan memakai tuxedo hitam.Pupil matanya masih terus melihat ke arahmu yang sedang duduk di seberang sambil bergurau dengan temanmu.Semenjak kau dan Luhan masuk Sekolah Menengah Pertama, kau dan Luhan sudah sangat jarang bermain.Tapi tanpa disadari, Luhan mempunyai perasaan yang mendalam padamu.
            “Luhan, sedang apa kau disini?”Tanya seseorang dari pinggir.Luhan mengadah dan mendapati sahabatnya sedang berdiri di depannya. Byun Baekhyun.
            “Ah? Tidak! Aku hanya ingin duduk saja.Kau sendiri?” tanyanya.Baekhyun duduk di samping Luhan.“Aku bosan.Aku juga dari tadi mencarimu.”Luhan masih terdiam.Ia masih memfokuskan matanya padamu.
            “Kau sedang melihat ____?” Tanya Baekhyun. Luhan tercekat.“A… ani!Aku bukan sedang melihatnya.” Bantah Luhan. Baekhyun hanya tersenyum dan ikut melihat ke arahmu. “____ cantik sekali malam ini.” Ucapnya.Luhan mengangguk.Ia setuju dengan Baekhyun. Ya, malam ini Luhan akan mencurahkan perasaannya padamu.
            Serangkaian acara sudah dilewati.Dari mulai pembukaan, sambutan, inti acara sampai kini tiba untuk penutup.Hati Luhan kini makin berdegup.Dengan perasaan yang campur aduk ini Luhan menguatkan dirinya. Ya, Luhan kau bisa! Kau manly! Sudah berapa wanita yang pernah kau curahkan perasaanmu? Kau bisa! Batinnya.
            Luhan mendekatimu yang kini masih bersama temanmu.Hati Luhan makin menjadi-jadi. Perasaan ini berbeda dengan yang lain. Ini sangat membuatnya gila.Ia sudah sejak lama memendam perasaan ini padamu. Sejak ia kecil!
            “___-ah…” sapanya.Keringatnya makin membasahi tubuhnya.“Ya? Luhan-ssi! Sudah lama kita tak bertukar sapa!” ucapmu senang.Luhan duduk di sampingmu. “Sebelumnya aku….” Ucapnya sambil menatap dirimu erat. “Aku….”
            “______-ah.Mau kau ikut denganku sebentar?”Baekhyun menghampiri kalian berdua.Ekspresinya terlihat kaget saat dia melihat Luhan.“Lu, kau juga ada disini?” tanyanya.Luhan mengangguk.“Boleh aku pinjam dia sebentar saja?” tanyanya.Luhan terdiam. Mau apa Baekhyun mengjak ___? Tanyanya dalam hati.“Ba… baiklah!” ucapnya.Dia tersenyum padamu.“Aku pergi dulu, Lu!” ucapmu.
Perasaan Luhan makin kalut.Apa yang dilakukan Baekhyun untuk membawa ____? Akankah ia ingin mencurahkan perasaannya juga pada ____? Pikirnya. Tanpa basa-basi ia pergi dan mengendap-endap untuk mengikutimu dan Baekhyun.
Luhan berhenti di balik sebuah tembok dekat taman. Baekhyun dan kau juga sedang berdiri di tengah taman yang diterangi dengan lampu kecil yang mendderet di sepanjang jalannya. Tiba-tiba Baekhyun tersenyum padamu dan mengeluarkan ekspresi seriusnya.“______-ah, kau cantik sekali mala mini.”Kau tersenyum kaku. “Ah? Gomawo, Baekhyun-ssi. Kau juga tampan sekali.” Ucapmu.Tanpa diduga, Baekhyun mengulurkan sebuah bunga mawar dan tersenyum.“Aku mencintaimu. Aku ingin sekali menjadi kekasihmu.” Kau tercekat.Baekhyun?Dia mencintaiku?Batinmu.“Bagaimana, _____-ah? Kau mau kan?” tanyanya. Kau masih berfikir dan bingung untuk memilihnya.Namun, akhirnya kau menerima bunga itu dan kau rasakan Baekhyun menarik tubuhmu.Erat.Dan disaat itu, Baekhyun mendaratkan bibirnya diatas bibirmu.Sungguh, ini pertama sebuah ciuman pertamamu.Kau tak tahu harus bagaimana.Namun, perlahan kau membalasnya.
Luhan mematung.Persendiannya kini bagai tak bersatu.Hatinya seakan hancur berkeping-keping setelah melihat pemandangan itu.Air mata mulai keluar perlahan dari sudut matanya. Hancur sudah harapannya yang sudah ia tunggu bertahun-tahun. Dengan sisa tenaganya, ia berlari ke luar dan menuju mobilnya. Ia tak mau untuk bertemu dengan siapapun. Bahkan denganmu.
Tok-tok-tok…
            Luhan melihat seseorang dibalik pintu mobilmu. Luhan melihat seseroang yang sangat ia sayangi. Belahan jiwanya semenjak kecil.Kau.“Luhan! Ada apa denganmu? Boleh kau buka mobilmu?” tanyamu.Luhan terenyuh. Segera ia lap air matanya. Ia membuka kunci mobilmu dank au masuk ke dalam mobil Luhan.
            “Ha… hai! Su..sudah lama aku tak melihatmu!” ucap Luhan dengan hati yang sakit. “Hai!Aku merindukanmu, Lu!” ucapmu.“Sudah lama kita tak mengobrol. Oh ya, tadi kau ingin bicara apa?” tanyanya.
            “Ani… aku hanya ingin mengucapkan selamat padamu.” Alasannya. Sungguh sangat senang sekali ia bertemu denganmu. Andai saja Baekhyun tak menyatakan cintanya, Luhan pasti sudah menyatakannya saat ini juga.
            “Lu, setelah lulus, kau mau melanjutkan kemana?” tanyamu.“Aku? Sepertinya aku aku akan kembali ke China. Kau sendiri?” Tanya Luhan. “Aku masih tetap di Korea.” Katamu.Luhan terdiam. Jarak akan memisahkan dirimu dan dirinya sendiri.
            “Lu, tadi Baekhyun menyatakan cintanya padaku.”Ucapmu.Luhan terdiam.Tanpa diberitahupun aku sudah tahu.Batin Luhan.“Luhan, kenapa kau terdiam?” tanyamu yang sontak membuat Luhan terkejut.
            “Aih, ti… tidak apa-apa.Chukae!” ucap Luhan. Sungguh ia berharap aktingnya bisa membantu menghilangkan rasa sakit hatinya. Kau tersenyum dan segera keluar dari mobil Luhan. “Kau mau kemana?” Tanya Luhan. “Aku? Aku akan kembali ke aula. Kau mau ikut?” tanyamu.Luhan menggeleng.“Ani.Kau duluan saja.”
            “Lu…” ucapmu.Luhan terdiam dan menatapmu. “Lu, terimakasih sudah menjadi sahabatku…” Luhan tak bergeming.Hanya sekedar sahabat?Apa ia tak memiliki rasa “lebih” pada diriku? Batinnya.“Ya… ya… aku juga. Terimakasih.” Ucap Luhan. Apa ia tak ingat dengan janji yang telah di katakannya padaku dahulu? Tanya Luhan dalam hati.
            “____-ah, chankaman!” panggil Luhan kepadamu.Kau menghadap arahnya kini.“Ne?Waeyo, Lu?” tanyamu. Luhan diam. Ia tak enak juga denganmu. “Ani… aku… aku senang… bisa bersahabat denganmu…” Luhan menutup mulutnya.Apa yang aku katakan ini? Bodoh! Batinnya. “Hahaha…. Aku juga! Aku senang kita bisa bersahabat!”
***
            Lima tahun sudah kau dan Luhan sudah tak bertemu.Jarak memang memisahkan dirimu dan Luhan.Kau meneruskan di Korea, sedangkan Luhan sedang mengambil kuliah di China.Kau masih membuka beberapa peti yang berisi beberapa barang peninggalanmu saat kecil dahulu.Rumah ini memang sudah lama ditinggalkan.Ini adalah tempat kecil dahulu kau dan Luhan.Walau kini kau dan Luhan sudah tak bertetangga lagi, namun memori masa kecil itu takan mampu dilekang waktu.
BRUUUK!
            Suara berdebum itu terdengar dari arah loteng rumahmu.Segera kau naik keatas dan melihat kea rah loteng.Sebuah peti ukuran sedang terjatuh dari atas lemari kuno.Rumahmu memang sudah tua.Namun, kau tak mau jika rumahmu ini harus direnovasi atau bahkan dijual.
            Peti itu masih terkunci keras.Peti itu juga berdebu, namun taka da satupun rayap yang mau memakan kayu-kayu peti.Kau mengambil kunci peti itu.Senyummu mengembang ketika kau melihat beberapa mainan saat kau kecil. Ada sebuah mainan kayu, boneka Barbie dan Ken, buku dongeng dan sebuah foto dalam frame.
            Foto itu sudah sangat kusam dan berdebu.Kau mengelapnya dan mulai terlihat gambarnya.Kau dan Luhan kecil.Kau yang sedang berpose di atas sebuah ayunan dengan Luhan di sebelahmu juga.Kenangan itu kembali terbuka di pikiranmu.Kau dan Luhan pernah sangat dekat. Kau dan Luhan sudah seperti keluarga, Kau dan Luhan… telah berjanji untuk sehidup semati…
            “CHAGI-AH!”Teriak seseorang dari belakang.Kau terkejut dan segera melihat ke sumber suara.Baekhyun tertawa.Ya, kau dan Baekhyun masih sepasang kekasih. Hubungan yang sangat lama semenjak lima tahun yang lalu.
            “Baekhyun-ssi!Kau mengagetiku saja!” ucapmu sambil mendorong Baekhyun.“Hahaha… kau kaget baby?Aku berhasil!”Baekhyun memeluk tubuhmu.“Kenapa kau tahu aku sedang ada di sini?” tanyamu.Baekhyun duduk di sampingmu dan meraih sebuah boneka beruang.“Aku diberi tahu ibumu. Aku rindu kamu! Ayo kita makan!” ucapnya.
            “Ani! Aku sedang beres-beres, Baekki.” Ucapmu sambil mengelap foto itu. “Siapa itu?” Tanya Baekhyun sambil mengambil foto itu dari tanganmu.Matanya seakan tak percaya.“Kau manis sekali!Lihat… ini siapa?” tanyanya sambil menunjuk ke arah Luhan kecil.
            “Itu Luhan. Aku dan Luhan bersahabat sejak kecil.” Ucapmu.Baekhyun tersenyum.“Aku sudah tak pernah melihat Luhan lagi semenjak ia pergi ke China.Kau?” tanyanya.Kau mengangguk.“Aku juga belum. Rasanya rindu sekali.” Ucapmu.Ada rasa kehilangan seperti ini… kau sungguh merindukannya.
            “Chagi, aku mau bicara padamu.” Ucap Baekhyun dengan mimic yang serius. “Wae? Bicara saja.” Ucapmu yang masih acuh tak acuh.“Aku… ehm! Bagaimana dengan rencana pernikahan kita minggu depan? Kau sudah siap?”Tanya Baekhyun yang membuat dirimu terdiam seribu bahasa. Ya, minggu depan adalah saat kau dan Baekhyun. Kau masih memiliki janji dengan Luhan.Kau teringat dengan semuanya. Tapi, Baekhyun…
            “Aku siap, chagi…” ucapmu pada Baekhyun.Air mata rasanya sudah ada di pelipis mata.Bagaimana ini?Batinmu.Baekhyun tersenyum. “Ya, semoga semuanya berjalan lancar.” Semoga… ucapmu.Namun aku tak yakin… batinmu.
***
            Luhan masih membuka beberapa lembar laporan perusahaannya.Ia kini telah menjadi seorang Wakil CEO di perusahaan milik ayahnya. Ia jarang untuk pergi ke Korea kembali. Di pikirannya kini sudah terdapat beberapa tugas asset dan laporan untuk perusahaannya. Namun, memang ia tak bisa lupakan dirimu.
            “Aaish!Apa tak ada satupun waktu untuk bersantai sebentar saja?” gerutu Luhan.Pikirannya kembali kalut ketika ada yang menelpon dirinya.
“Ya?Dengan Xi Luhan disini!”
“Luhan!Kau ada waktu untuk bertemu eomma sebentar?”
“Eomma? Memangnya ada apa?”
“Ayo kemari sebentar!Ada hal yang ingin eomma beritahu padamu.”
“Eomma ada dimana sekarang?”
“Di café biasa.”
            Panggilan eommanya sudah tertutup. Sebenarnya apa yang eomma mau katakan? Tanya Luhan dalam hati.Tanpa basa-basi Luhan segera mengambil jas hitamnya dan keluar dari ruangannya.Ia mengendarai mobilnya untuk menemui eommanya.
            Akhirnya Luhan sudah sampai ke café dimana eommanya berada.Dimana sekarang eomma?Batinnya.“Luhan!” panggil seseorang.“Minseok!Sudah lama tak bertemu denganmu!” ucap Luhan sambil menyalami sahabat lamanya, Kim Minseok.
            “Hai!Sedang apa kau disini?” tanyanya.Luhan tersenyum.“Aku sedang mencari eommaku.Kau tahu dimana?” tanyanya.Minseok mengangguk dan menunjuk seorang wanita.“Itu?” tanyanya.Luhan mengangguk.“Ah, benar! Terimakasih, Minseok!”Luhan segera menghampiri eommanya.
            “Eomma? Ada apa memanggilku?” Tanya Luhan sambil duduk di depan eommanya. Ia memesan sebuah vanilla Late.
            “Kau masih ingat dengan ____?” Tanya eomma.Luhan mengangguk. Bagaimana ia tak ingat? Ia pasti akan ingat gadis yang merupakan cinta pertamanya. “Memang ada apa, eomma? Aku ingat dengannya.” Ucapnya.
            “Dia akan menikah nanti malam.Dia menitipkan ini pada eomma.” Eomma menyodorkan sebuah frame kecil dimana ada foto masa kecil Luhan dan kau. Luhan terdiam seribu bahasa. Dia… dia akan menikah? Mana mungkin?Dia tak ingat dengan janjinya?Batin Luhan kini berkecamuk.
            “Eomma, aku harus ke sana sekarang juga!”Luhan segera berlari meninggalkan ibunya.Di pikirannya kini hanya ada kau. Taka da yang lain. Dengan serba cepat ia mengendarai mobilnya menuju bandara. “Tak bisa! Ini tak akan terjadi! Kau milikku _____-ah! Kau milikku!” teriaknya. Kini ia hanya berharap doanya akan dikabulkan Tuhan.
***
            Kau dengan berbalut gaun putih yang panjang menjulur dan penutup wajah ala pengantin sudah berdiri di pinggir Baekhyun.Ini hari bahagiamu dan Baekhyun.Namun, matamu masih mencari seseorang.Seperti serpihan yang hilang. Puzzle itu belum datang. Kau tahu mustahil adanya di sini.Ia tak akan mungkin datang. Bahkan ia mungkin sudah melupakanmu.
            “Chagi-ah, ada apa denganmu? Kau mencari siapa?” Tanya Baekhyun. “Anio! Aku hanya gugup.” Ucapmu sambil menggandeng tangan Baekhyun.“Pengikatan janji sebentar lagi.Aku sudah tak sabar!” ucapnya manja sambil mencium keningmu. “Aku juga…”
            “Baiklah, untuk kedua mempelai, segeralah berjalan menuju artar.” Ini bagiannya! Kau akan diikat dengan Baekhyun. Kepingan itu takan mungkin datang.Kau masih mencarinya.Semoga ada keajaiban yang datang pada saat itu juga.
            Kau dan Baekhyun sudah sampai di depan artar. Pendeta sudah berdiri di antara kau dan Baekhyun.Kau berhadapan dengan Baekhyun, calon suamimu.Matamu masih tak focus.Rasanya kau ingin pergi dari situasi ini.Kau masih belum siap.
            “Byun Baekhyun, apakah kau sudah siap untuk menjadi pendamping hidup ______ yang aka nada di dalam suka dan dukanya?” Tanya pendeta pada Baekhyun. “Aku siap.” Ucap Baekhyun. Pendeta tersenyum dan menatap ke arahmu.“Baiklah bagaimana denganmu, apakah kau sudah siap menjadi pendamping hidup Byun Baekhyun yang akan ada di dalam suka dan dukanya?”Tanya pendeta. Kenapa ia tak datang? Dimana perginya?Batinmu.Kau terdiam.Kau ragu untuk memutuskan semua ini.Semua mata tertuju padamu. Baiklah, aku harus! Batinmu mantap. “Aku…”
“TIDAK!”
Suara itu….
            Kau terdiam dan menatap ke sumber suara. Itu dia! Itu puzzle yang hilang! Ia serpihan yang sudah lama hilang! Dia misteri yang belum ada satupun yang memecahkan. Xi Luhan!
“_____-ah!Apa kau tak ingat semua janjimu padaku? Janji yang pernah kita ikat dahulu saat kita masih belia? Kita sudah berjanji jika kita harus menikah! Kita harus bersama sampai akhir hayat! Ingatlah! Kumohon! Aku mencintaimu! Aku mencintaimu lebih dari apapun, kumohon!”
“Luhan…”
“Kau tahu, selama ini aku menyimpan semua perasaanku padamu! Setiap saat selalu ku berdoa agar kau ingat dengan janji kita! Kau… hanya kau yang bisa membuatku gila! Hanya kau! Kumohon ingatlah, ______-ah, jebal…”
            Kau terdiam.Hanya ada tangis yang mewarnaimu.Luhan kini sedang mencoba untuk melepaskan dirinya dari sejumlah body guard. Ya, kau harus! Kau harus bersama dengan Luhan! Dia milikmu! Ia jalan hidupmu!
            “Maaf sebelumnya, tapi aku tak bisa!Aku mencintai pria tadi. Kami… kami sudah berjanji! Kami sudah berjanji untuk bersama sampai akhir hayat.Aku… aku mohon maaf…” ucapmu.Beberapa tamu dan keluargamu terlihat sangat kaget.Baekhyun didepanmu hanya bisa terdiam.
“Baekhyun-ah, maafkan aku… aku menyayangimu.Aku sangat menyayangimu.Tapi aku… aku tidak mencintaimu, mianhae…” ucapmu dengan isak.
            Baeknyun segera memeluk erat tubuhmu.Terasa olehmu badannya kini sedang menahan isak.“Aku mengerti… aku juga menyayangimu.Tapi… susulah takdirmu itu, chagi-ah.”Baekhyun melepaskan pelukannya dan mencium keningmu.
            “Luhan!”Kau segera berlari menuju Luhan dan beberapa pengaman.Luhan segera melepaskan kepungan para body guard dan langsung menggenggam erat tanganmu. Tangisnya tak bisa lagi ia bendung.
            “Kau masih ingat dengan janji itu, kan? Kau masih ingat?” Tanya Luhan. Kau mengangguk dan mengulurkan kelingkingmu.“Aku mencintaimu!” ucapmu.
“Aku janji akan selalu bersamamu sampai akhir hayatku…”
“Janji?”
“Janji!Sangat berjanji!”

            Luhan tersenyum dan memeluk tubuhmu.Kini tak ada lagi yang bisa memisahkanmu dan Luhan kecuali waktu yang terus bergulir detik demi detik.

Cr : dari temen aku yg cute Mayang Tresna Dwi Rengganis..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar